Kamis, 11 Oktober 2012 07:30 wib wib
Foto: Ilustrasi
JAKARTA - Akhir-akhir ini marak terjadi kasus
penculikan melalui perkenalan di jejaring sosial yang tidak jarang
berujung pada pemerkosaan terhadap remaja putri yang masih duduk di
bangku sekolah.
Seperti yang telah dialami seorang siswi kelas 1 SMA, SS (15), yang dibawa kabur selama 11 hari sejak Jumat, 28 September lalu oleh seorang pria yang mengaku sebagai fotografer. SS
sendiri mengenal pelaku melalui media jejaring sosial facebook.
Pelaku sempat menjanjikan kepada korban bahwa dirinya mampu mengorbitkan korban untuk menjadi model terkenal.Namun, belum sempat menjadi model terkenal, SS difoto oleh tersangka di sebuah hotel hingga bugil. Tak hanya dijadikan objek foto, korban pun diperkosa sebanyak tiga kali oleh pelaku.
Lantas, muncul wacana bahwa hendaknya pihak sekolah rutin memberikan penyuluhan atau pengetahuan terhadap siswa-siswi tentang pengetahuan serta antisipasi terhadap tindak kriminal di masyarakat.
"Sangat perlu sebenarnya. Ini kan seharusnya kerjaanya guru-guru Bimbingan Penyuluhan (BP). Guru-guru BP harus seminggu sekali memberikan penyuluhan tentang kehidupan bermasyarakat. Sekarang enggak ada kerjaanya guru BP di sekolah-sekolah," ujar Psikolog Tika Bisono saat berbincang dengan Okezone, Rabu (10/10/2012).
Diakui Tika, peran guru BP untuk mendidik seorang pelajar sangat vital. Seorang guru BP harus mampu melakukan pendekatan dengan para siswa untuk meminimalisir tindak kriminal yang menjadikan siswa-siswi sebagai korban.
"Ada isu apa dibicarakan. Jadi siswa melihat guru BP itu bukan mencari kesalahan saja. Karena itu memang kerjaanya. Untuk anak yang bermasalah pendekatanmya lain lagi. Jadi guru BP itu menjadi jembatan antara sekolah dan dunia luar," paparnya.
Selain itu, sambung Tika, guru BP seharusnya juga mampu membaca karakter serta bakat seorang siswa. Hal ini bertujuan untuk memudahkan seorang guru dalam memberikan pengarahan jangka panjang kepada siswa.
Jika tugas tersebut dilaksanakan dengan baik, maka kejadian serupa seperti pemerkosaan yang menggunakan modus makelar model gadungan seperti di atas tidak akan terjadi.
"Itu bukan salahnya anak anak. Anak-anak kan polos-polos saja. Harusnya dia (guru BP) mengatakan bahwa foto harus resmi, harus di tempat yang formal, kan enggak ada yang gitu-gituan (foto bugil). Enggak ada pengawasan gimana anak-anak mudeng," tegasnya.
(sus)
Seperti yang telah dialami seorang siswi kelas 1 SMA, SS (15), yang dibawa kabur selama 11 hari sejak Jumat, 28 September lalu oleh seorang pria yang mengaku sebagai fotografer. SS
sendiri mengenal pelaku melalui media jejaring sosial facebook.
Pelaku sempat menjanjikan kepada korban bahwa dirinya mampu mengorbitkan korban untuk menjadi model terkenal.Namun, belum sempat menjadi model terkenal, SS difoto oleh tersangka di sebuah hotel hingga bugil. Tak hanya dijadikan objek foto, korban pun diperkosa sebanyak tiga kali oleh pelaku.
Lantas, muncul wacana bahwa hendaknya pihak sekolah rutin memberikan penyuluhan atau pengetahuan terhadap siswa-siswi tentang pengetahuan serta antisipasi terhadap tindak kriminal di masyarakat.
"Sangat perlu sebenarnya. Ini kan seharusnya kerjaanya guru-guru Bimbingan Penyuluhan (BP). Guru-guru BP harus seminggu sekali memberikan penyuluhan tentang kehidupan bermasyarakat. Sekarang enggak ada kerjaanya guru BP di sekolah-sekolah," ujar Psikolog Tika Bisono saat berbincang dengan Okezone, Rabu (10/10/2012).
Diakui Tika, peran guru BP untuk mendidik seorang pelajar sangat vital. Seorang guru BP harus mampu melakukan pendekatan dengan para siswa untuk meminimalisir tindak kriminal yang menjadikan siswa-siswi sebagai korban.
"Ada isu apa dibicarakan. Jadi siswa melihat guru BP itu bukan mencari kesalahan saja. Karena itu memang kerjaanya. Untuk anak yang bermasalah pendekatanmya lain lagi. Jadi guru BP itu menjadi jembatan antara sekolah dan dunia luar," paparnya.
Selain itu, sambung Tika, guru BP seharusnya juga mampu membaca karakter serta bakat seorang siswa. Hal ini bertujuan untuk memudahkan seorang guru dalam memberikan pengarahan jangka panjang kepada siswa.
Jika tugas tersebut dilaksanakan dengan baik, maka kejadian serupa seperti pemerkosaan yang menggunakan modus makelar model gadungan seperti di atas tidak akan terjadi.
"Itu bukan salahnya anak anak. Anak-anak kan polos-polos saja. Harusnya dia (guru BP) mengatakan bahwa foto harus resmi, harus di tempat yang formal, kan enggak ada yang gitu-gituan (foto bugil). Enggak ada pengawasan gimana anak-anak mudeng," tegasnya.
(sus)
0 komentar:
Posting Komentar